Sabtu, 19 September 2009

Ramadhan di dadaku, Lebaran di dada?


Sebenarnya ada beberapa momen yang tidak saya "blog-kan", pasca Hut-33 hingga hari ini:
- Hut Radya yang Ke-1
- Ibrohim, ibrohim
- Hut Bunda yang Ke-32
- Hut RI yang ke-64
- Stroke-nya Mboktuo
- Bos baru di kantor
- Menjelang ramadhan
- Noordin oh noordin

Namun Alhamdulillah, karunia Alloh SWT yang menjadikan saya masih tetap mengingat momen-momen tersebut hingga saat ini.

Dipenghujung Ramadhan tahun ini, kembali Alloh SWT memvisualkan betapa manusia itu tidak pernah jauh dari yang namanya memikirkan "kesenangan diri sendiri".

Betapa tidak?
Ketika menjelang ramadhan, tidak ada sebuah pihak manapun yang mengangkat dan mempermasalahkan kapan mulai berpuasa. Namun ketika idul fitri menjelang....setiap pihak meng-klaim sumber datanya paling akurat.

Malam kamis , kebetulan saya naik taxi dan mendengar betapa dia pun terganggu dengan informasi yang serba "ngambang". Dan serta merta, dia mengubah jawal mudiknya setelah jam nariknya selesai, pakai motor (semoga selamat sampai tujuan ya pak).

Komentar saya pendek:
"..orang yang mampu mengetahui kapan idul fitri, pastilah berilmu. Namun ketika informasi yang disampaikan menjadi kebingungan semua orang, maka: ada yang salah dengan pengamalan ilmu-nya..", JADI MARI KITA TERUS BELAJAR....AGAR TIDAK KESASAR.

Mohon maaf lahir dan bathin.

Wassalam.

Kamis, 11 Juni 2009

HUT -33, Kita Memang Perencana...Alloh Memang Menentukan


Semoga Angka 33 kali ini akan menjadi formula pekalian yang menghasilkan Angka 9.

Tepat Tanggal 8 Juni kemarin, Saya genap berusia 33 Tahun. Dan sepertinya kurang lebih 3 bulan juga, Saya baru meng-update blog ini lagi. Sepertinya beberapa pasal pelajaran telah terlewatkan.

Kali ini ada pelajaran berharga yang telah memberikan pembuktian kepada Saya, bahwa "MANUSIA MERENCANAKAN..ALLOH MENENTUKAN"

Beberapa minggu sebelum tanggal tersebut (8 Juni), terdapatlah HARPITNAS = Hari Kejepit Nasional. Saya sengaja tidak mempergunakan momen tersebut untuk mengambil manfaat cuti besar..selain karena saya melihat pastinya banyak kawan-kawan sejawat yang mempergunakan. Saya juga cukup tahu diri sebagai orang yang tidak bagus absen-nya.

Saat itu, saya cuma bertanya...berapa sisa hari cuti saya. Dengan maksud akan saya pergunakan untuk momen Tanggal 8 Juni nantinya. Rencana disiapkan termasuk antisipasi untuk pembiayaan (termasuk mem-bengkelkan mobil yang diseruduk angkot "pemaaf"..salah satu pelajaran yang terlewatkan). Tepatnya hari itu adalah 20 Mei 2009.

Tanggal 22 Mei 2009, Saya tentunya masih ke kantor.

Akhirnya, "ketentuan" pun mulai berjalan sejak Malam 22 Mei 2009.
- 22 Mei 2009 : Radya muntah-muntah dan buang air
- 23 Mei 2009 : Radya masuk rumah sakit
- 27 Mei 2009 : Radya keluar rumah sakit

Praktis saya tidak kantor
* kalau dilihat dari fisik, sepertinya Rafsa lebih mungkin...sudah seminggu lebih
batuk dan pilek
* Rafsa-pun dirujuk ke dokter pada saat yang sama, dan masa itu pula..absen pula
sekolahnya (total : 2 Minggu + 1 Hari)
* Harapan rencana 8 Juni 2009 masih memungkinkan, dan akhirnya mobil masuk bengkel

- 29 Mei 2009 : Ke kantor seperti biasa...sampai 3 Juni 2009 (Jam 17.00)
- 03 Juni 2009: Radya kejang-kejang...Telepon SOS dari rumah
Radya masuk rumah sakit
- 05 Juni 2009: Radya keluar rumah sakit

* Transportasi dengan umum....
* Rencana Family day kantor dilewatkan, Rencana 8 Juni ditunda
* Tapi sepertinya..Istri terlalu capai jadi kuncen rumah sakit, demam dan menggigil
sepanjang malam

- 06 Juni 2009: Istri masuk rumah sakit
- 09 Juni 2009: Istri keluar rumah sakit..dengan kondisi suhu badan masih turun naik

* Semua dilakukan karena demi anak-anak
* Penjaga anak tidak bisa menginap...berdasar penjanjian...
* Pihak mertua harus back-up sepupu Rafsa yang juga dirawat
* Pihak orang tua sedang pulang kampung untuk urusan keluarga yang lain
* Penjaga anak sakit dan harus ke dokter....tumbang juga...

Hari ini, semoga menjadi awal kesehatan lagi buat kami dan kita semua.....

Terima Kasih Ya Alloh atas pelajaran yang Engkau berikan...
Semoga ini bukan peringatan..tapi hanya sebagai ujian buat kami..

Aamiin....

Minggu, 29 Maret 2009

Memancing Ikan, Lepas Kembali


Sekitar pertengahan February 2009, Muhammad Rafsa Al Thalhah, anak pertama saya beberapa kali meminta..."Ayah..kapan mancing dan berenangnya??". Dan itu, selalu saya jawab.."kolamnya belum nemu nak."

Sampai akhirnya beberapa teman memberikan informasi, ada kolam darat ataupun kolam sebenarnya alias laut..

Alhamdulillah, kesampaian juga, dengan proses yang sedikit aneh. Bagaimana tidak, Saya dan mertua cuma ber-enam orang dewasa plus tiga anak balita. Tapi mobil yang kami kendarai ada tiga...boros dan tidak efektif buanget dilihat dari sisi manapun. Belum lagi saya berada paling depan, dengan menempuh jarak yang memutar...tambah jauh, macet dan bikin bete mobil di belakang tentunya...(jalur itu yang paling saya hapal...)

Jarak Tangerang-Parung (Bogor) kami tempuh dengan 4 jam perjalanan. Alhamdulillah, walaupun cukup tua, tapi fasilitas relatif lengkap. Ada kolam pancing dan juga kolam renang sekaligus.

Akhirnya, sekitar Jam 3 sore, Rafsa kesampaian juga memancingnya. Ternyata kepandaian mancing saya ga beda sama rafsa alias tidak bisa. Tapi..berani tampil PD saja. Untung-nya ada seorang bapak tua yang "kasihan" melihat saya, akhirnya mengajari. Alhamdulillah, Jam 3.30, pancing yang dipegang rafsa bergerak-gerak. Segera ia memberi tahu saya. Serta merta, saya tarik dengan berjuta rasa ga jelas. Lagi-lagi pak tua "menyelamatkan saya". Dengan kedutan mautnya, sang ikan berhasil terkait ke pancing, sehingga memudahkan saya untuk menarik ke pinggir. Rafsa, Bunda dan neneknya ikut bersorak-sorak. Bangga banget terlihatnya.

Satu pasti, foto dulu....prettt...
Belum sempat keceriaan itu, ikan berontak dan dengan sekali gerak, sang ikan nyemplung lagi ke kolam. Kali ini, semua pun teriak..tapi nadanya berbeda dengan sebelumnya. Walaupun sesudahnya....nadanya berubah menjadi gelak tawa.

Sepintas dan secepat itulah suka dan "suka" berganti. Sedikit beruntung, terjadi dalam proses memancing ikan.

Bagaimana halnya, jika:
1. Memancing adalah pekerjaan kita, yang baru dinaikkan gajinya
2. Ikan adalah harta dan keluarga kita yang baru menempati rumah baru
3. Pancing adalah "Situ Gintung"...

Ya Alloh, jauhkan aku dari bala...Kuatkanlah aku atas segala uji-MU.


..Tanggul Situ Gintung jebol..Hampir seratus orang meninggal....27 Maret 2009
..Tsunami tidak hanya terjadi di pinggir laut...Situ Gintung ada ditengah Kota Jakarta Selatan.

Inna Lillaahi Wa Inna Ilaihi Roojiuun...

Kamis, 26 Maret 2009

How Low Can I GO, How High Can I REACH


Walaupun cuma sebulan,berulang kali naik turun semangat, saya rasakan.
Dampaknya, seminggu lebih saya tidak bisa melaksanakan tugas sebagai pelaku utama pencari rezeki untuk keluarga.

Saya sendiri masih belum mendapat secara jelas, jawaban atas apa yang terjadi dengan tubuh saya yang rentan, daya tahan yang kurang bagus terutama terhadap flu. Mungkin hal ini terkesan cengeng untuk sebagian orang....BUT, ITULAH SAYA...

Dengan apa yang saya dapatkan, kemudian muncul rasa tidak percaya diri. Kok bisa ya, orang "lemah" seperti saya menerimanya. Bagaimana orang yang "kuat"??...BETE dan GAK TERIMA mungkin ya...Apalagi yang memberi kepada saya, BETE-nya lebih habis barangkali.

Lalu muncul berbagai rencana yang harus dilakukan untuk keluar dari tekanan tersebut, jika boleh dibilang tekanan...

Semakin banyak rencana...ternyata tekanan tidak berkurang, justru semakin bertambah pula.

Terdengar bodoh, ketika saya bilang...I am not too good on it.

So, I just wanna say:

" I'LL GO TO THE LOWEST...& I'LL REACH THE HIGHEST "

Sabtu, 28 Februari 2009

Berkurang Resiko Dosa, Bertambah Peluang Pahala


Alhamdulillah...puji syukur hanya kepada Dzat segala Maha.

Enam tahun lalu, tepatnya 28 Februari 2003. Dengan segala kemampuan dan keberanian telah terucap janji dengan syah dan tersaksikan, Saya nikahi Juliati Avinah binti Purwoso Iman Santoso.

Saya berjanji untuk menjadi suaminya, ayah bagi anak-anak kami dan imam bagi mereka.
Perkenan Alloh pulalah, sampai saat ini kami bisa berkumpul berempat dalam kondisi membahagiakan (Rafsa dan Radya, putra-putra kami turut menjadi saksi perjalanan ini).

Terbukti memang statement Rasulullah Muhammad SAW, bahwa dengan menikah maka 50% agama sudah digenggaman. Tentunya tidak bisa dikatakan bahwa 50% sisanya memiliki tingkat kesulitan sama. Mungkin bisa jadi lebih susah atau lebih mudah....

Tentunya, sangat beda perasaan yang ada sekarang. Sebelum menikah, pastilah semua orang khawatir akan dosa lebih mendekat kepada kami (Alhamdulillah..doa kami dan mereka dikabulkan oleh Alloh SWT). Sehingga kami bisa ke titik ini sekarang.

Pernikahan ini telah menjauhkan kami dari segumpal dosa dan menggantinya dengan segumpal peluang dan tawaran pahala akan apa yang bisa kami raih dan lakukan.

Ibadah kami, putra-putra kami tentulah mutlak menjadi tanggung jawab sekarang yang harus dipersiapkan. Kami sadar, banyak hal yang belum dipelajari. Mudah-mudahan Alloh memberikan kemudahan dan kekuatan untuk melaksanakannya.

Bunda,...I Love U...
Rafsa, Radya...Ayah sayang kalian nak...

Dukung ayah menanam pahala ya...untuk kita...Insya Alloh...

Rabu, 04 Februari 2009

Pertambahan Pujian Seiring dengan Bertambahnya Ujian


Mungkin tidak terlalu tepat dengan ungkapan "Mendapat Durian Runtuh"...sakit juga kok. Saya lebih memilih "Dikasih Durian Masak"..jauh lebih enak kayaknya...(tidak pakai pohon lho.)

Mudah-mudahan Alloh SWT benar-benar sedang pujian. Tanpa dinyana, ternyata seluruh anggota tim saya-pun mendapat "reward" di akhir Tahun 2008. Sesuatu yang sepertinya hampir mustahil buat kami....(maklum, tim yang tidak bekerja dengan irama biasa...tapi bisa menghasilkan sesuatu yang ruarrrr..biasa.)

Nah, dengan ke-tidakbiasa-an irama itulah..akhirnya "reward" itu menjadi betul-betul mustahil bagi kami. Walaupun dengan tanpa rekayasa otak kami yang memang "tidak pintar" dibanding yang lain...(tapi cerdas donk..), dengan perhitungan formula yang sama (hanya periode-nya berbeda), score evaluasi menunjukkan bahwa anggota tim saya berada dalam posisi rangking tertinggi..dan atasan kami meng-amininya.

Sampai 3x mengulang perhitungan dan tidak percaya..akhirnya pengumuman itu tiba (walaupun hadiah belum diterima).

Tapi ya mungkin waktunya belum tepat....
Apapun alur yang sudah dilakukan sama dengan sebelumnya...hasil itu tidak membuat "banyak orang - katanya"..senang.., sehingga hasil tersebut harus dicek kembali.
Sepertinya ada yang salah.....

Alhasil...hambar-lah sudah....
Why me?...why not him/her?
Why us?...why not them?
Why now?..why not previous?

Tidak ada jawaban secepat pertanyaan "harta atau nyawa?"..

..........(seperti titik-titik itulah perasaan dan pikiran yang ada..pertamanya)

Tapi, kemudian kecerdasan kami yang lebih muncul...
1. Ambil positifnya
2. Berani koreksi
3. Jadi juara sejati...

Pujian akan lebih lezat....ketika ada ujian.....
Menangislah ketika mendapat pujian....
Bergembiralah ketika mendapat ujian....
Karena sebesar itulah yang akan kita dapat sebaliknya...

Alloh...tolong dewasakan saya...

Minggu, 25 Januari 2009

Ketika ingin Diberi, Maka mulailah Memberi


Hampir semua orang pernah mendengar dan bahkan mengucapkan..."Take and Give"
Buat yang baru mendengar (tepatnya sih membaca ya..), agaknya masih ada waktu untuk memikirkannya kembali kebenaran ungkapan tersebut.

Realitasnya adalah begini....
Hampir setiap kita selalu berpikir...kalau saya kerjakan ini..imbalannya apa ya?...atau kalau saya kasih ini...balasannya apa?....selalu "TAKE" lebih dulu muncul dari "GIVE".

Coba kita hitung, jika satu orang, dua orang atau bahkan semua orang berpikir seperti itu, pastilah tidak akan pernah terjadi yang namanya "PERTOLONGAN"...yang ada malah "PERCALOAN/PREMANISME"...dimana istilah yang terakhir ini..seringnya bikin kita "emosi".

Terkadang, saya sering bertanya..kenapa ada PENGEMIS?.. (saya tidak berusaha menjawab..kenapanya), yang jelas..Tuhan (Alloh SWT sudah sering mengatakan, "jika kau dekati Aku sejengkal, maka Aku akan mendekati sehasta...jika kau dekati Aku sehasta, makan Aku akan mendekati lebih dari itu..dst)

Artinya, mungkin akan merasa lebih nyaman jika gaji yang "pantas" akan ditentukan setelah hasil pekerjaan didapatkan...sehingga karyawan terbaik akan didapat tanpa harus "nego gaji di depan"..akhirnya setiap orang akan mendapatkan kesempatan untuk memberikan yang terbaik...(masalahnya...sang pemberi akan-kah seobjective itu???..maklum..bukan Tuhan.. ;-)) )

Pengalaman saya membuktikan bahwa...ketika kita melakukan kebaikan..maka kita akan mendapatkan "lebih" dari sekedar kebaikan...Ketika saya memberikan sesuatu...ternyata saya akan mendapatkan sesuatu "lebih" dari yang saya berikan...

Mungkin ada benarnya seruan "jangan kau pikirkan..apa yang kan diberikan oleh negara mu, lebih baik pikirkan...apa yang kan kau berikan untuk negara mu..).
Masalahnya sekarang....negara kan tidak mungkin memberikan sendiri...(karena juga bukan Tuhan..), tapi para pelaksana negara ini..ikhlas atau tidak untuk "bertugas memikirkan" dalam memberikan yang terbaik bagi para pelaku terbaik bangsa ini.

Karena kebanyakan ya... dari pada memikirkan bagaimana memberi...lebih sering..apa yang bisa didapat lagi ya..????

Minggu, 18 Januari 2009

Tegak Berdiri setelah Penopang Dilepaskan


Umumnya, setiap orang bisa mengendarai sepeda. Tapi tidak sedikit yang lupa, betapa sangat berkesan-nya momen pertama kali bisa mengendarai-nya.

Masa kecil dulu, saya jalani dengan "banyak pantangan". beberapa pantangan itu adalah: tidak boleh berenang, tidak boleh naik sepeda, tidak boleh menginap di rumah teman, tidak boleh keluar kamar ketika mau menghadapi ujian dan lain-lain...mungkin tidak terlalu istimewa... ;-)

Salah satu alat kontrolnya adalah memang saya tidak pernah punya (dibelikan) sepeda (tapi saya tidak trauma atau dendam kepada orang tua lho....). Walaupun demikian, rasa penasaran ingin bisa mengendarai sepeda terbayar pada saat usia kelas empat SD, itu pun pada saat berkunjung ke rumah saudara (tepatnya di wuryantoro, wonogiri).

Rasanya saat itu, seperti bisa terbang (karena kaki saya tidak menjejak tanah, tapi ke pedal he he)...terbayang...sepertinya rasa lelah karena harus berjalan kaki akan tiada lagi. Dan proses itu susah diutarakan.....pokoknya..tiba-tiba bisa saja...saya mengayuh sepeda.....(memang proses jatuh dan coba-coba sudah beberapa bulan...kan memang tidak punya sepeda, jadi tidak rutin setiap hari). Yang saya tidak tahu saat itu adalah, apakah orang tua saya senang, biasa saja..atau justru malah akan mempersiapkan alat kontrol baru. Tapi terbukti kemungkinan ketiga tidak terjadi, karena sampai saat ini, bahkan sampai saya bisa mengendarai mobil...mereka justru senang kalau saya hantarkan mereka ke tempat-tempat yang dituju.

Momentum itu, terjadi pada Rafsa anak pertama saya. Memasuki Tahun 2009, dia minta roda penopang sepeda-nya (samping kiri dan kanan) untuk dilepas. Dia bilang, dia ingin bisa seperti kakak kelasnya (TK Nol Besar). Sepeda ini hadiah ulang tahun dari eyangnya (orang tua saya,..beda banget ya treatment-nya kepada saya dulu..). Dengan sedikit kekhawatiran, dua minggu yang lalu, tepatnya Hari Minggu saya ajak dia "practice" di jalanan depan rumah...masih keberatan sepeda-nya.. dan sempat "terdampingi" oleh anak tetangga yang berusaha membantu memeganginya dari samping (karena badannya lebih besar..).

Saya lihat "practice-nya" terasa kurang nyaman....dan menurut cerita ibunya, akhirnya dia malas untuk keluar. Tapi saya melihat tekadnya cukup hebat, terbukti..sepulang sekolah dia akhirnya memutar-mutar sepedanya sendiri di ruangan tamu (3x3 meter persegi). Dan akhirnya, seminggu kemudian (pada suatu malam , sepulang kerja)..dia mempertontonkan bahwa dia bisa mengendalikan sepeda-nya di depan saya.

ALHAMDULILLAH....kerja kerasmu terbayar nak... Selamat. Tak lupa, dia menelepon eyangnya, bahwa sepeda sudah berhasil dia taklukkan....

Akhirnya saya merumuskan bahwa tegak berdiri seseorang di atas sepedanya karena:
1. Keinginan dan tekad (beberapa orang biasanya karena ada contohnya....)
2. Berlatih (berulang-ulang dengan gerakan yang sama, tidak perlu ruang yang luas..)
3. Pengkondisian (lepas roda penopangnya..jangan takut jatuh)

Terima kasih nak atas pelajaranmu kepada ayah...
Kita tidak perlu khawatir jika tiang penopang terlepas, karena memang sudah waktunya..dan yakin bahwa keajaiban baru akan muncul......

Pesan ayah:
HATI-HATI..dan HARUS BERMANFAAT YA....

Mudah-mudahan para punggawa bangsa ini bisa meniru contoh kecilmu itu...
* Tegak berdiri bukan adanya bantuan/penopang..tapi karena terlepasnya penopang itu..

Sabtu, 10 Januari 2009

Ketika Kesempatan Berubah Menjadi Kesempitan


Ini sebuah pengakuan pribadi, dan sepertinya tidak terlalu spesial.
" Saya Takut Menjadi Pemimpin "

Tahun 2009 ini, Republik Indonesia akan melakukan pesta demokrasi (katanya) alias PEMILU legislatif dan juga presiden. Hampir di setiap sudut pandangan mata dan tempat umum, pinggir jalan termasuk angkot dan toilet (bahkan ada yang menjadi sticker komputer yang dipakai di kantor). Terpampang...nama, foto, sponsor dan motto bahwa "pengiklan" identik dengan kesuksesan.....dan kemakmuran....(walaupun belum tahu buat siapa-nya)

Saya adalah termasuk orang yang berbeda dengan mereka saat ini,.yang berani dan percaya diri bahwa apa yang akan mereka lakukan bermanfaat buat umat...salut...asli salut.
* Walaupun ada pertanyaan (tepatnya sih iri mungkin ya):
Kok orang-orang ini mau ya?... (belum lagi ditambah sindiran "bisa gitu?..")

Padahal kalau dalam dunia nyata-nya yang saya temui, di kantor misalnya. Beberapa hari ini-pun saya sedang membentuk sebuah tim yang tujuannya untuk mengkoordinir "penghematan biaya" di kantor. Padahal tempatnya cuma satu gedung, amanah-nya lansung dari MGT, terus pasti jelas akan bermanfaat buat umat (plus perusahaan tentunya).
Sang pemimpin yang terpilih malah ragu (sedikit grogi), dan malah.."kalau diganti gimana ya?...jangan saya...takut ga bisa nih.

Pertanyaan saya:
1. "Pemimpin" kita itu sedikit?...di negeri ini?
* Tapi buktinya, yang meng-iklan masih banyak...

2. "Pemimpin" kita tidak merata?..di negeri ini?
* Mungkin ini penyebab hanya beberapa bagian bangsa kita yang maju...

3. "Pemimpin" kita tidak cocok untuk hal-hal spesifik dan kecil?..di negeri ini?
* Yang kecil-kecil kurang menantang...

Padahal, pepatah mengatakan:
- Sedikit-sedikit, lama menjadi bukit
- Pimpinlah dari batur sakasur, batur sadapur, batur salembur..dan seterusnya

Belum lagi, bahwa memimpin itu sudah menjadi tugas dari sejak lahir....(memimpin diri sendiri untuk selalu berjalan dalam kebenaran.)

Jadi rasanya, ketika ada kesempatan untuk menjadi pemimpin (bukan meng-iklankan diri lho ya)...serasa kemampuan menjadi sedikit dan waktu serasa berkurang dari 24 jam yang seharusnya.

Selamat yang sudah bisa memimpin dengan benar...ajari saya dan doakan agar saya saya bisa melebihi anda-anda semua....(soalnya kalaui level nya sama..berabe...biasa beradu untuk jadi pemimpin dalam hal yang sama). Padahal yang harus dipimpin masih banyak..... Akhir-akhirnya..bukan saling mendukung..tapi malah saling menjatuhkan....

Pemimpin = Siap memimpin dan juga siap dipimpin....

Selasa, 06 Januari 2009

Ujung adalah Pangkal, bukan Sebaliknya

Seperti biasanya, disetiap pergantian tahun. Tempat dimana saya bekerja selalu mengadakan "Opening Year". Saya belum tahu apakah semua perusahaan baik BUMN ataupun swasta juga melakukannya. Termasuk latar belakang, tujuan dan proses pelaksanaannya.

Review sebelumnya dipaparkan secara attractive, terutama prestasi. Serta inisiatif spesifik yang harus dilakukan pun disebutkan untuk tahun yang akan dimasuki.
Intinya adalah, "2009 adalah tahun susah, Tapi tetap semangat, Kita bisa menang".

Namun indera saya segera berkelana, sepertinya ada yang kurang....
Ya ya ya, departemen saya termasuk yang tidak terlalu populer untuk urusan-urusan seperti ini. Departemen saya sangat "most wanted" ketika ada komplain sudah masuk media baik koran, internet dll. Sedikit informasi yang bisa diserap oleh yang hadir, sekecil hati orang-orang yang merasa "sudah takdirnya".

Setiap akhir tahun, saya masih terus berharap bahwa tahun kedepannya tidak begitu. Dan ternyata memang tidak begitu....berubah....alias sammmmma'.

Itulah maksud saya:
Pergantian, perpindahan, pembaharuan.....tidak berarti apa-apa ketika memang tidak ada yang berbeda diantara keduanya. So, kenapa harus ada ujung, jika ujungnya adalah pangkalnya. Agama saya menyatakan bahwa jika kondisi keduanya tetap sama artinya perbuatan itu adalah sia-sia alias rugi.

KOK BETAH YA KITA RUGI?

Minggu, 04 Januari 2009

Iqra, Bacalah....


Alhamdulillah...
Dengan segenap semangat dan doa, orang tua telah mampu menyekolahkan saya (walau cuma sebatas S1).

Tahun 2009 ini, ada PR yang serupa tapi pada tahap permulaan. Satu tahun ke depan, Rafsa akan segera masuk SD. Perihal biaya, pastinya sudah tidak perlu diceritakan...(pendidikan di negeri ini cukup mahal....)

Satu yang harus segera dipersiapkan adalah....kemampuan dasar membaca, menulis dan berhitungnya. Waktu kecil, saya ingat betul betapa dinding triplek rumah habis dengan coretan bapak, demi saya bisa membaca dan berhitung...(layaknya papan tulis...). Maklum, sekolah saya di pelosok waktu itu.

Ternyata itulah "bekal termahal" yang beliau berikan ke saya.

Saya tidak ingat betul, berapa malam kejadian itu bertutur. Satu malam yang tidak pernah saya lupa adalah, ketika saya akhirnya menangis minta pertolongan ibu karena merasa sudah tidak bisa fokus lagi menerima bimbingan bapak.

Rafsa..mari belajar membaca dan berhitung. Dengan membaca, kita akan tahu dengan sendirinya segala ilmu di dunia ini. Dengan berhitung, kita akan bisa membuktikan betapa ilmu yang diberikan Alloh tidak pernah habis kita pelajari.

Ba = ba...
Ca = ca...

Ba..Ca....