Rabu, 31 Desember 2008

Yesterday is History, Tomorrow is Mistery


Sebenarnya ada satu kalimat lagi yang tertinggal dari judul di atas, "Today is A Gift". Hasil nonton film bareng sama anak saya.

Posting kali ini relatif lebih dekat, 1.5 bulan (posting sebelumnya : 3 bulan).
Menjelang pertambahan tahun (Hijriyah 1430 dan Masehi 2009), tidak ada yang istimewa kami lakukan sekeluarga. Karena segala keistimewaan telah kami rasakan tahun ini, rumah bertambah kamarnya (nebeng istri memproklamirkan offline unit usahanya), Muhammad Radya Shaladdien lahir dengan selamat dan juga dengan segala kekurangan saya di kantor, perusahaan masih memberikan bonus akhir tahun yang cukup.

Sedikit berbeda dengan istri tercinta, resolusi-resolusi yang telah dicatatnya di awal Tahun 2008 yang lalu sebagian besar sudah tercapai dan itu menjadi pijakannya untuk setting target di Tahun 2009 ke depan.

Setelah sekian lama bekerja, baru tahun ini saya merasakan "libur akhir tahun yang panjanggggggg"....jadi ya..grogi deh...alias tidak acara spesial. Lha wong biasanya tidak pernah terjadi seperti itu (hmm..nuansa baru nih...)

Akhir tahun ini, layar kaca menayangkan hal-hal yang sangat kontras antara satu hal dengan hal yang lain.
- Ada yang berencana menyambut tahun baru dengan pesta kembang api, ada pula yang
menjelang tahun baru disambut dengan pesta mortir dan intimidasi
- Ada yang berencana menyambut tahun baru dengan segala penghematan & kesederhanaan,
ada pula yang menyambut tahun baru dengan segala pertarungan politik (jelas biaya)
- Ada yang menyambut tahun baru dengan segala jenis resolusi, ada pula yang menyambut
tahun baru dengan "jalanin aja"...masa bodo mau terjadi apa nanti....ikut arus saja

Nah saya bagaimana ya?
Saya terinspirasi dengan orang tua dan mertua saya...asli lho

[Orang Tua]
Setelah saya hitung-hitung, ternyata mereka bisa memiliki rumah sendiri setelah waktu itu saya mau masuk kuliah. Itupun dengan bahan bangunan yang mereka kumpulkan sedikit demi sedikit. Ada yang dapat dari bongkaran rumah, Bongkaran jalan dan lain-lain.
Dan yang takjub lagi, mereka harus menunggu lima tahun kemudian untuk merasakan anaknya diwisuda sebagai seorang sarjana...(ya saya..)
- Tidak ada yang pernah tahu rencana mereka ini, termasuk orang tua dan saudara-
saudaranya. Apalagi tetangga....(menduga-duga saja mungkin ya..)
- Tidak ada buku yang mereka terbitkan sampai saat ini, untuk benchmark saya....

[Mertua]
Disaat orang lain masih antri minimal dua tahun untuk mendapat quota haji, beliau berdua (Alhamdulillah) telah menjalankannya Tahun 2008 yang akan lewat. Dan itu terjadi dengan segala "cobaan-cobaan" yang tidak ringan.
- Tidak pernah ada catatan yang menunjukkan, kapan mereka merencanakan ini
- Tidak ada jurus-jurus jitu yang mereka share, agar kami bisa menirunya kelak...

Membaca SMS dari seorang kawan hebat saya, dan saya yakin itu adalah rumus jitu. Karena telah tertulis di kitab suci:

" SELALU MELAKUKAN YANG LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA "
Karena, kalau sama atau bahkan kurang...ya rugilah hidupnya.....

PR-nya sekarang adalah...siapa yang harus membikin raportnya????????
Orang lain?..atau Kita sendiri?

Ya Alloh....Ku harap kesempatan dan rahmat Mu selalu

Aamiin....

Sabtu, 15 November 2008

Konsisten = Istiqomah ?

Hampir tiga bulan, tidak terupdate blog ini.
Dan baru hari ini mulai tertarik lagi.

Mudah-mudahan judul kali ini mewakili rekaman indera saya atas apa yang seharusnya banyak bisa dipublish.

Katanya, peribahasa mengatakan, "..kalau namanya mutiara, walaupun terongok di dalam lumpur..tetep aja mutiara. bakalan berkilai ia..".

Tapi, sepertinya itu memang lebih cocok buat mutiara dan tidak bisa dianalogikan dengan benda lain.

Kenapa?
1. Saya kenal seorang bos. Pertama bertemu saya kagum padanya.
- pintar, idealis dan punya niat luhur untuk "cultivation"
Pokoknya dia layak deh jadi seorang pembaharu, karena nampak beda' dari bos-bos
sebelumnya.
Tahun 1 : Dia bagai guru bagi saya, mengajari dan memberikan tauladan baik
Tahun 2 : Dia mulai ragu pada saya, karena pelajarannya seperti tidak berlaku
Karena BOS-nya bos saya itu beda' juga dari gambaran dia
Tahun 3 : Dia mulai gagu, mulai tidak mempercayai keguruan dia sendiri
Tahun 4 : Dia jadi guru untuk BOS-nya.
yang jelas-jelas beda antara saya dengan BOS-nya

2. Saya datang ke layanan publik pemerintah untuk mengirim sesuatu
- Sebelumnya, yang melayani tidak terlalu istimewa....
Pokoknya beda' banget dari pelayanan yang saya dapatkan di agen pengiriman swasta
Namun hari ini..ternyata beda'
Yang melayani lebih mirip dari agen swasta. Berpakaian lebih trendi, rambut buceri
Dan berdandan ala sarah palin.
Tapi...ternyata lebih beda'....banged nged nged....
Walaupun sebelumnya berpakaian lusuh..tapi mereka jujur dan terbuka.....
Sistem pembayaran dugunakan sebagaimana mestinya. (Jumlah = Sistem = Struk)
Tapi si sarah palin ini sedikit nakal nampaknya. Padahal isi sama, tujuan sama,
berat sama, cara bungkus dan material sama. Dia bilang harus menambahkan biaya
bungkus tanpa minta persetujuan dan hanya ditulis manual di struk....
(Jumlah = Struk,...Sistem ??? )

Dua cuplikan rekaman itu mengusik saya.
Nampaknya mereka sudah sering dengar kata "konsisten" bahkan sering training....
Artinya konsisten terhdap apa yang mereka pelajari dan harus diemban dalam hal
pelayanan publik.

Tapi kenapa hal itu harus terjadi ya?...padahal mereka pintar kok....saya yakin itu

Akhirnya saya membuat rumusan sendiri....

Mungkin kalau "istiqomah" lain mungkin dengan "konsisten"...
Kenapa?...

Yuk cari tahu yuk....

NOTE:
Tulisan ini adalah salah contoh tidak konsisten....tiga bulan blank????
Jadi, kayaknya akan menemukan ketidak konsistenan disini.

Rabu, 13 Agustus 2008

kecil artinya BESAR, BESAR bisa menjadi kecil

Ada dua pelajaran penting yang sudah saya buktikan dalam dua hari ini.

Yang Pertama:
Kecil dan sepele sih memang bentuk dan kejadiannya. Tapi itu bisa membuat sesuatu yang begitu besar dan nyaris sempurna menjadi tidak berguna.
Minggu ini, tim department saya sedang menjalani sebiah kompetisi tingkat nasional untuk kategori pelayanan pelanggan. Karena memang yang serba cepat, persiapan pun dilakukan lebih cepat.
Lomba yang diikuti adalah cheerladers & yel-yel. Syair dan lirik telah dibuat sedemikan rupa maknanya, koreagrafi sudah diatur sedemikian indahnya, semangat sudah dipompa sedemikian hebatnya. Hingga pada hari H-nya semua bisa ditampilkan sesempurna mungkin.
Saat latihan sampai satu menit menjelang tampil di depan juri, tak ada yang diperkirakan jadi cela.
Namun, apa yang terjadi? Apa yang sudah dilatihkan berubah seketika, ketika musik yang dimainkan beat kecepatannya dua kali dari yang seharusnya. Bisa dibayangkan.....
singkat kata, gerakan dansa eropa bisa berubah menjadi tango-nya amerika.

Yang Kedua:
Sebentar lagi, HUT RI segera tiba. Tak dinyana, ternyata ada tokoh pahlawan nasional yang selama ini begitu sangat agung dan keramat menjadi bahan berita, gara-gara berita kemisteriusan mereka selama ini menjadi sedikit "lelucon". Yang satu, hidup kembali karena selama ini berganti nama karena takut sama Jepang. Sementara yang satunya berhasil ditracking jejaknya oleh salah satu ahli sejarah (bukan bangsa sendiri pula).
Mengingat betapa besar jasa-jasa mereka pada saat membangun negara ini dulu, tiba-tiba kenangan jasa-jasa itu berganti dengan polemik dan simpang siur data serta informasi yang justru lebih mengarah kepada gengsi dan perebutan "dunia".

So, manusia-manusia (termasuk saya)... jangan sedih pada saat menjadi kecil, dan jangan takabur pada saat menjadi BESAR.

Selasa, 29 Juli 2008

Naik Pangkat oleh Anak Sendiri

Alhamdulillahi Robbil A'alamiin...
Hanya kata ini yang mampu mewakili rasa terima kasih atas apa yang saya dapatkan.

Sebenarnya, prestasi kerja saya mungkin masih jauh dari kategori baik.
Namun tidak tahu kenapa, beberapa bulan yang lalu saya mendapat promosi atas level karyawan.

Layaknya manusia kebanyakan.... (tersenyum, walau sedikit getir..)
Pada saat sendiri, barulah berbagai pertanyaan muncul. Kok bisa ya?
Sebagai catatan, sampai saat ini saya tetap mempertahankan hidup yang biasa-biasa saja. Berusaha yang terbaik, apa adanya dan selalu minta ridho Alloh SWT (berdoa kan..) atas apa yang akan saya kerjakan.

Nah, pada kondisi seperti inilah terkadang saya lupa bertanya "kok bisa-ya?"
Ya, ngapain kan?....wong sudah dapat...ngapain pusing bukan.

Untungnya, saya masih diberi kesempatan bertanya. Pada diri sendiri, saudara saya, teman-teman saya dan atasan saya tentunya.
Jawaban yang saya dapat berbeda-beda...berbagai versi.

Akhirnya, inilah jawaban yang saya dapat:

Pada Tanggal 27 Juni 2008, lahirlah anak lelaki saya yang kedua "Muhammad Radya Shaladdien".

Singkatnya begini. Dengan promosi tersebut, gaji saya bertambah...nah dampaknya, saya bisa mengalokasikan dana buat anak saya yang kedua ini. Baik itu untuk berobatnya, ongkos istri untuk berhenti bekerja dan lain-lain.

Buat saya?...cukuplah saya mengalami misteri pengaturan Alloh SWT yang maha dahsyat tersebut.
Jadi jelas, tugas saya adalah memilih jalan rizkinya, Alloh SWT yang akan membuka pintu kran-nya. Karena istri saya faham betul, cash flow gaji saya sebelum promosi.

Jadi promosi yang saya dapat, ternyata promosi tanggung jawab dari Alloh SWT untuk saya...

So, berhenti besar kepala, Lakukan yang terbaik dan tetap apa adanya. Itu yang pasti.

Minggu, 24 Februari 2008

Service for Us = Service from Us


Dua minggu yang lalu, sepulang kerja mobil saya mogok. Tuas giginya tidak mau bergerak, praktis tidak bisa jalan kemana-mana. Mana pas ditengah jalanan mau jemput istri dulu sebelum pulang. Antara tidak pede dan sedikit khawatir, karena untuk urusan mesin sepertinya saya gak pernah lulus ujian. Bener-bener user sejati.

Inilah rentetan scene yang saya alami setelah start mogok.
  1. Setelah menenangkan diri di mobil sejenak (istighfar) sambil sekilas mendengar teriakan "huuu..." dari sebuah angkot. Saya mematikan mobil dan bismillah mendorong mobil ke pinggir dari sisi kanan setir, sendiri lho. Tapi kok kuat ya... Tak lama, lari seorang security disekitar situ, tanpa kenalan segera bantu saya mendorong. bahkan dia membantu sampai mobil saya berada di posisi paling nyaman. Sebelum sempat berterima kasih, security tersebut sudah hilang, tidak tahu bergerak kemana (mulia sekali saya pikir..)
  2. Saya coba menghubungi telepon beberapa rekan (sedikit miris juga, katrena HP low bat.) untuk mencoba improvisasi P3K. Walaupun akhirnya, tujuan telepon saya adalah driver kantor yang kebetulan nginap di kantor. Dengan segala keihklasannya, dia membawa pick up untuk menderek mobil saya ke kantor (jaraknya lebih dekat, dibanding ke rumah. Selain itu juga, ada bengkel yang saya pikir bisa membantu.).
  3. Sesampai di kantor, orang-orang di kantor, dengan sukarela membantu mendorong mobil, sampai ke parkiran yang lokasinya lebih tinggi dari jalan. Dan esok paginya bengkel yang saya maksud siap membantu (atas informasi driver kantor tersebut)
  4. Hari pertama di bengkel, masalah selesai. Tapi begitu saya bawa pulang, rem-nya kok tambah nge-blong. Akhirnya, driver menyarankan untuk men-servisnya lagi di bengkel tersebut.
  5. Hari kedua di bengkel, rem-nya tidak selesai. Malah katanya, master rem yang mereka ganti tiga bulan sebelumnya harus diganti..(ow ow..). Dan mobilpun harus menginap dua malam. Malam pertama, tawar-tawaran (walaupun akhirnya, saya bayar sesuai harga tanpa discount)
  6. Karena saya keburu BT, mobil saya bawa pulang (pas hari itu, saya kena vertigo).
  7. Sesampai di rumah, mobil kotor sekali bekas di bengkel. Dan yang paling berkesan adalah jok kursi robek, bekas gigitan tikus (plus baunya yang khas......)

Tadinya pengen ngedumel terus, tapi kok capek. Akhirnya, saya coba berpikir terbalik. Kenapa ini menimpa saya (saya coba lakukan beberapa evaluasi perjalanan hidup saya ke belakang , dan apa yang akan mereka (orang-orang yang menolong saya) alami di masa datang.

Hanya Alloh SWT yang tahu.....

Andaikan saja, saya bisa mencatat.

Subhanalloh....

Promosi No, Progaji Yes

Buat kelompok orang yang masih menjadi pekerja (karyawan), "Promosi" atau kenaikan golongan (bukan posisi/jabatan lho..) tentulah menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu. Karena itu adalah representasi dari sebuah prestasi dan kerja keras. Saya membayangkan, tentulah hanya orang-orang unggul dan layak saja yang pantas untuk mendapatkannya. Jadi, sudah sepertinya wajar-wajar saja ketika orang yang mendapat promosi sangat senang hatinya. Bayangan akan "keuntungan dan kelebihan" terpampang di pelupuk mata.

Namun, sedikit menelaah proses promosi di sebuah perusahaan. Hal ini justru sangat dihindari dan bahkan kalau bisa jangan pernah ada. Saya sendiri sedikit "nyengir", karena kok aneh ya?.
Ternyata ada alasan yang membuat issue ini berkembang, dan salah satunya adalah "promosi tidak berbanding lurus dengan keuntungan/kelebihan". Bahkan sebagian karyawan (kalau boleh memilih), lebih baik gaji naik dari pada golongan yang naik. Bahkan ketika masa promosi tiba, kebanyakkan berharap gajinya saja yang naik, tapi golongan nya jangan. Masuk akal sih dengan kondisi yang telah ditulis di atas. Saya berpositif thinking saja, berarti karyawannya sudah tahu arti tanggung jawab. Artinya, dengan promosi berarti bukanlah keuntungan/kelebihan yang dibayangkan, akan tetapi beban kepercayaan yang lebih penting.

Nah, masalahnya adalah siapa yang harus mengatur keuntungan/kelebihan dan siapa yang harus mengatur beban kepercayaan. Pastilah butuh kerja sama antara pemberi promosi dan dan yang mendapat promosi. Aura proses keduanya akan dirasakan oleh lingkungan dimana mereka bekerja. Jangan sampai, promosi yang seharusnya menjadi hadiah berubah menjadi musibah......
Akan lebih baik, jika hadiah promosi yang diberikan menjadi bentuk ujian.....sepertinya sih akan lebih baik aura yang ditimbulkannya.

Apakah ini berlaku bagi semua orang? Saya masih mencari jawabannya.
Piss...

Rabu, 06 Februari 2008

Penting = Tidak Penting


Dari sedikit kisah interaksi yang saya alami dengan lingkungan sekitar saya, ternyata saya berani mengambil kesimpulan bahwa kata-kata "penting", "hebat", "sukses" dan sejenisnya itu akan ada hanya karena munculnya kata-kata "tidak penting", "tidak hebat", "tidak sukses" dan keluarganya.

Dua kisah yang kontradiktif akan coba saya ceritakan.

Kisah pertama:
Saat saya masih sekolah (SD, SMP dan SMA), yang namanya ekstrakurikuler pada masa itu seperti Pramuka, Dokter kecil, OSIS, PMR, Paskibra Sanggar seni sampai Remaja mesjid adalah sesuatu yang sering dihindari oleh banyak murid dan juga orang tua. Selain kalah hebat promosinya dibanding Si Pintar "Bintang Pelajar", para orang tua juga sedikit ngeri kalau harus keluar-keluar biaya yang dinilai tidak ada hubungannya dengan membaguskan nilai raport.
Bisa dikatakan menjadi sesuatu yang tidak penting begitu.

Namun demikian, muncul juga dari hal-hal yang tidak penting ini "murid-murid penting" yang akan dielu-elukan kalau bisa mengharumkan sekolah. Tapi kalau tidak ya...keep silent saja, kata mas thukul.....

Kisah kedua:
Pada lingkungan kerja, baik di swasta maupun pemerintah atau bahkan yayasan sosial sekalipun. Biasanya, tidak jarang yang namanya kompetensi setiap karyawan harus dimunculkan. Karena kan harus "show off", demi prestasi kerja. Mungkin untuk yang selevel sih tidak masalah, justru akan menjadi kompetisi yang bagus.
Nah masalahnya, kalau sang bos juga ikut-ikutan berlomba pada level bawahannya.
Misalnya, bisa jadi karena dia bingung memposisikan diri atau justru sedikit grogi dengan "ancaman" bawahan-bawahannya.
Ya, akhirnya terjun jugalah dia ke dunia bawahannya. Terkadang dengan mengusung konsep-konsep alias pemikiran-pemikiran yang serba membayang atau malah asyik kalau dia pun berpeluh-peluh mengganti pekerjaan anak buahnya.
Akibatnya, sang bawahan pun lama-lama merasa "tersaingi".

Artinya, pada saat bawahan pun ingin "membuat dirinya penting", kok malah mengancam "penting" nya bos.
Nah, bisa dibayangkan bagaimana kondisi lingkungan kerja seperti itu.

Pada kisah kedua ini, saya kok merasa. Biar saya menjadi "penting" dimata bos, maka saya harus menjadi "tidak penting". Sehingga pastilah bos yang akan menjadi penting.


Penutup:
Jadi, ketika kita merasa "diri kita tidak dipentingkan", maka jangan gundah. Karena pada saat itulah kita menjadi sesuatu yang sangat penting buat orang lain.

Tinggalah kita,..siap untuk menjadi tidak penting?


NB:
Kawan saya bilang, memang roda itu berputar...tapi biar cepet....kita harus yang memutar roda tersebut.