Sabtu, 28 Februari 2009

Berkurang Resiko Dosa, Bertambah Peluang Pahala


Alhamdulillah...puji syukur hanya kepada Dzat segala Maha.

Enam tahun lalu, tepatnya 28 Februari 2003. Dengan segala kemampuan dan keberanian telah terucap janji dengan syah dan tersaksikan, Saya nikahi Juliati Avinah binti Purwoso Iman Santoso.

Saya berjanji untuk menjadi suaminya, ayah bagi anak-anak kami dan imam bagi mereka.
Perkenan Alloh pulalah, sampai saat ini kami bisa berkumpul berempat dalam kondisi membahagiakan (Rafsa dan Radya, putra-putra kami turut menjadi saksi perjalanan ini).

Terbukti memang statement Rasulullah Muhammad SAW, bahwa dengan menikah maka 50% agama sudah digenggaman. Tentunya tidak bisa dikatakan bahwa 50% sisanya memiliki tingkat kesulitan sama. Mungkin bisa jadi lebih susah atau lebih mudah....

Tentunya, sangat beda perasaan yang ada sekarang. Sebelum menikah, pastilah semua orang khawatir akan dosa lebih mendekat kepada kami (Alhamdulillah..doa kami dan mereka dikabulkan oleh Alloh SWT). Sehingga kami bisa ke titik ini sekarang.

Pernikahan ini telah menjauhkan kami dari segumpal dosa dan menggantinya dengan segumpal peluang dan tawaran pahala akan apa yang bisa kami raih dan lakukan.

Ibadah kami, putra-putra kami tentulah mutlak menjadi tanggung jawab sekarang yang harus dipersiapkan. Kami sadar, banyak hal yang belum dipelajari. Mudah-mudahan Alloh memberikan kemudahan dan kekuatan untuk melaksanakannya.

Bunda,...I Love U...
Rafsa, Radya...Ayah sayang kalian nak...

Dukung ayah menanam pahala ya...untuk kita...Insya Alloh...

Rabu, 04 Februari 2009

Pertambahan Pujian Seiring dengan Bertambahnya Ujian


Mungkin tidak terlalu tepat dengan ungkapan "Mendapat Durian Runtuh"...sakit juga kok. Saya lebih memilih "Dikasih Durian Masak"..jauh lebih enak kayaknya...(tidak pakai pohon lho.)

Mudah-mudahan Alloh SWT benar-benar sedang pujian. Tanpa dinyana, ternyata seluruh anggota tim saya-pun mendapat "reward" di akhir Tahun 2008. Sesuatu yang sepertinya hampir mustahil buat kami....(maklum, tim yang tidak bekerja dengan irama biasa...tapi bisa menghasilkan sesuatu yang ruarrrr..biasa.)

Nah, dengan ke-tidakbiasa-an irama itulah..akhirnya "reward" itu menjadi betul-betul mustahil bagi kami. Walaupun dengan tanpa rekayasa otak kami yang memang "tidak pintar" dibanding yang lain...(tapi cerdas donk..), dengan perhitungan formula yang sama (hanya periode-nya berbeda), score evaluasi menunjukkan bahwa anggota tim saya berada dalam posisi rangking tertinggi..dan atasan kami meng-amininya.

Sampai 3x mengulang perhitungan dan tidak percaya..akhirnya pengumuman itu tiba (walaupun hadiah belum diterima).

Tapi ya mungkin waktunya belum tepat....
Apapun alur yang sudah dilakukan sama dengan sebelumnya...hasil itu tidak membuat "banyak orang - katanya"..senang.., sehingga hasil tersebut harus dicek kembali.
Sepertinya ada yang salah.....

Alhasil...hambar-lah sudah....
Why me?...why not him/her?
Why us?...why not them?
Why now?..why not previous?

Tidak ada jawaban secepat pertanyaan "harta atau nyawa?"..

..........(seperti titik-titik itulah perasaan dan pikiran yang ada..pertamanya)

Tapi, kemudian kecerdasan kami yang lebih muncul...
1. Ambil positifnya
2. Berani koreksi
3. Jadi juara sejati...

Pujian akan lebih lezat....ketika ada ujian.....
Menangislah ketika mendapat pujian....
Bergembiralah ketika mendapat ujian....
Karena sebesar itulah yang akan kita dapat sebaliknya...

Alloh...tolong dewasakan saya...