Minggu, 18 Januari 2009

Tegak Berdiri setelah Penopang Dilepaskan


Umumnya, setiap orang bisa mengendarai sepeda. Tapi tidak sedikit yang lupa, betapa sangat berkesan-nya momen pertama kali bisa mengendarai-nya.

Masa kecil dulu, saya jalani dengan "banyak pantangan". beberapa pantangan itu adalah: tidak boleh berenang, tidak boleh naik sepeda, tidak boleh menginap di rumah teman, tidak boleh keluar kamar ketika mau menghadapi ujian dan lain-lain...mungkin tidak terlalu istimewa... ;-)

Salah satu alat kontrolnya adalah memang saya tidak pernah punya (dibelikan) sepeda (tapi saya tidak trauma atau dendam kepada orang tua lho....). Walaupun demikian, rasa penasaran ingin bisa mengendarai sepeda terbayar pada saat usia kelas empat SD, itu pun pada saat berkunjung ke rumah saudara (tepatnya di wuryantoro, wonogiri).

Rasanya saat itu, seperti bisa terbang (karena kaki saya tidak menjejak tanah, tapi ke pedal he he)...terbayang...sepertinya rasa lelah karena harus berjalan kaki akan tiada lagi. Dan proses itu susah diutarakan.....pokoknya..tiba-tiba bisa saja...saya mengayuh sepeda.....(memang proses jatuh dan coba-coba sudah beberapa bulan...kan memang tidak punya sepeda, jadi tidak rutin setiap hari). Yang saya tidak tahu saat itu adalah, apakah orang tua saya senang, biasa saja..atau justru malah akan mempersiapkan alat kontrol baru. Tapi terbukti kemungkinan ketiga tidak terjadi, karena sampai saat ini, bahkan sampai saya bisa mengendarai mobil...mereka justru senang kalau saya hantarkan mereka ke tempat-tempat yang dituju.

Momentum itu, terjadi pada Rafsa anak pertama saya. Memasuki Tahun 2009, dia minta roda penopang sepeda-nya (samping kiri dan kanan) untuk dilepas. Dia bilang, dia ingin bisa seperti kakak kelasnya (TK Nol Besar). Sepeda ini hadiah ulang tahun dari eyangnya (orang tua saya,..beda banget ya treatment-nya kepada saya dulu..). Dengan sedikit kekhawatiran, dua minggu yang lalu, tepatnya Hari Minggu saya ajak dia "practice" di jalanan depan rumah...masih keberatan sepeda-nya.. dan sempat "terdampingi" oleh anak tetangga yang berusaha membantu memeganginya dari samping (karena badannya lebih besar..).

Saya lihat "practice-nya" terasa kurang nyaman....dan menurut cerita ibunya, akhirnya dia malas untuk keluar. Tapi saya melihat tekadnya cukup hebat, terbukti..sepulang sekolah dia akhirnya memutar-mutar sepedanya sendiri di ruangan tamu (3x3 meter persegi). Dan akhirnya, seminggu kemudian (pada suatu malam , sepulang kerja)..dia mempertontonkan bahwa dia bisa mengendalikan sepeda-nya di depan saya.

ALHAMDULILLAH....kerja kerasmu terbayar nak... Selamat. Tak lupa, dia menelepon eyangnya, bahwa sepeda sudah berhasil dia taklukkan....

Akhirnya saya merumuskan bahwa tegak berdiri seseorang di atas sepedanya karena:
1. Keinginan dan tekad (beberapa orang biasanya karena ada contohnya....)
2. Berlatih (berulang-ulang dengan gerakan yang sama, tidak perlu ruang yang luas..)
3. Pengkondisian (lepas roda penopangnya..jangan takut jatuh)

Terima kasih nak atas pelajaranmu kepada ayah...
Kita tidak perlu khawatir jika tiang penopang terlepas, karena memang sudah waktunya..dan yakin bahwa keajaiban baru akan muncul......

Pesan ayah:
HATI-HATI..dan HARUS BERMANFAAT YA....

Mudah-mudahan para punggawa bangsa ini bisa meniru contoh kecilmu itu...
* Tegak berdiri bukan adanya bantuan/penopang..tapi karena terlepasnya penopang itu..