Minggu, 24 Februari 2008

Promosi No, Progaji Yes

Buat kelompok orang yang masih menjadi pekerja (karyawan), "Promosi" atau kenaikan golongan (bukan posisi/jabatan lho..) tentulah menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu. Karena itu adalah representasi dari sebuah prestasi dan kerja keras. Saya membayangkan, tentulah hanya orang-orang unggul dan layak saja yang pantas untuk mendapatkannya. Jadi, sudah sepertinya wajar-wajar saja ketika orang yang mendapat promosi sangat senang hatinya. Bayangan akan "keuntungan dan kelebihan" terpampang di pelupuk mata.

Namun, sedikit menelaah proses promosi di sebuah perusahaan. Hal ini justru sangat dihindari dan bahkan kalau bisa jangan pernah ada. Saya sendiri sedikit "nyengir", karena kok aneh ya?.
Ternyata ada alasan yang membuat issue ini berkembang, dan salah satunya adalah "promosi tidak berbanding lurus dengan keuntungan/kelebihan". Bahkan sebagian karyawan (kalau boleh memilih), lebih baik gaji naik dari pada golongan yang naik. Bahkan ketika masa promosi tiba, kebanyakkan berharap gajinya saja yang naik, tapi golongan nya jangan. Masuk akal sih dengan kondisi yang telah ditulis di atas. Saya berpositif thinking saja, berarti karyawannya sudah tahu arti tanggung jawab. Artinya, dengan promosi berarti bukanlah keuntungan/kelebihan yang dibayangkan, akan tetapi beban kepercayaan yang lebih penting.

Nah, masalahnya adalah siapa yang harus mengatur keuntungan/kelebihan dan siapa yang harus mengatur beban kepercayaan. Pastilah butuh kerja sama antara pemberi promosi dan dan yang mendapat promosi. Aura proses keduanya akan dirasakan oleh lingkungan dimana mereka bekerja. Jangan sampai, promosi yang seharusnya menjadi hadiah berubah menjadi musibah......
Akan lebih baik, jika hadiah promosi yang diberikan menjadi bentuk ujian.....sepertinya sih akan lebih baik aura yang ditimbulkannya.

Apakah ini berlaku bagi semua orang? Saya masih mencari jawabannya.
Piss...